Di Indonesia, PALMO mempunyai spesifikasi unik dibandingkan pupuk NPK lainnya. Dengan mengaplikasikan Palmo, kegiatan pemupukan lebih efektif dan tepat.
Inovasi Saraswanti Group memproduksi pupuk NPK briket — dikenal dengan merek PALMO – patut diacungi jempol. Dalam berbagai kesempatan, Hari Hardono, CEO Saraswanti Group selalu menceritakan kesuksesan perusahaan dalam pengembangan pupuk NPK briket. Sistem NPK briket terinspirasi dari mesin urea briket. Lalu dibuatlah percobaan untuk menghasilkan pupuk NPK briket.
Pupuk NPK briket merupakan spesialisasi PT Saraswanti Anugerah Makmur, anak usaha Saraswanti Group di divisi pupuk. Pupuk briket adalah inovasi jitu dan merupakan solusi logis dari beberapa persoalan ketidakefisienan pemupukan selama ini. Di pasaran, pupuk NPK briket memakai merek dagang PALMO.
Dalam situs perusahaan dijelaskan bahwa PALMO formulasi khusus sesuai peruntukan komoditi, dan mengandung enam hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S), lima hara mikro (Zn, Cu, Fe, B, Mn), slow release agent (SRA), dan humic substance. Sampai saat ini kapasitas produksi terpasang telah mencapai 200.000 ton/tahun. Ukuran berat PALMO adalah 1,2 gram/butir. Pupuk ini merupakan produk teknologi pemupukan hasil kerjasama PT Saraswanti Anugerah Makmur dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
“PALMO cocok digunakan di lahan marginal seperti tanah gambut, tanah berpasir, dan tanah berlereng. Sebab menggunakan teknologi slow release agent sehingga unsur hara tidak cepat hilang,” ujarnya.
Inovasi PALMO mengatasi sifat-sifat unsur N yang sangat mudah hilang karena menguap sebagai ammonia (volatilisasi), tercuci sebagai nitrat (leaching), dan hilang sebagai gas nitrogen dioksida (denitrifikasi). Rekayasa khusus yang dilakukan, agar laju kehilangan N dapat dihambat, serta laju kelarutan N seimbang terhadap kelarutan unsur pupuk yang lain (P dan K).
Komposisi dan formulasi PALMO disusun berdasarkan hasil analisis tanah dan daun yang disesuaikan dengan kebutuhan kelapa sawit. PALMO diperkaya dengan asam humat & fulvat yang dapat memperbaiki struktur tanah, mengaktifkan mikroorganisme (mikroflora & mikrofauna), sehingga rizosfer menjadi sehat dan meningkatkan kapasitas akar menyerap hara.
Sumber: Majalah Sawit Indonesia